Sebetulnya, ahlul bid’ah yang hujjah telah sampai kepadanya tapi masih juga ngeyel, secara tidak langsung dia sedang menantang untuk masuk neraka. Kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam,
وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
“Sejelek-jelek perkara adalah perkara yang diada-adakan (baru) dan semua perkara (dalam agama) yang diada-adakan (baru) adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah kesesatan”, dan semua kesesatan tempatnya di neraka” (HR. An Nasa’i).
Kalau seorang kafir atau fasiqin menantang-nantang tidak takut masuk neraka, itu logis. Kalau tidak karena memang tidak beriman, atau karena imannya timbul tenggelam antara ada dan tiada. Tapi kalau seorang muslim, apalagi mengaku-ngaku keturunan Rasulullah tapi kelakuannya berani mengubah-ubah syariat yang dibawah Rasulullah – apalagi syiar terbesar dalam Islam: adzan, maka sungguh manusia semacam ini harus dijauhi dan diboikot. Manusia semacam ini lebih berbahaya daripada kafirin dan fasiqin yg menantang masuk neraka, karena kaum muslimin yang bodoh dan jahil akan cenderung menjadi followernya. Andai dia hidup di negeri yang mengamalkan hukum Islam secara penuh, pasti dia sudah ditangkap dan dihukum.
Leave a Reply