Selamat Dipermainkan

Termasuk bentuk keburukan dan menumpahkan aib keluarga adalah seorang istri menasehati suaminya (atau sebaliknya) secara publik di media sosial, seperti dengan men-tag khusus pasangannya nasehat yang ngena terhadap kesalahannya dan disetting publik padahal bisa wapri atau bicarakan di rumah secara privat.

Bahkan jika seorang istri berkali-kali menceritakan kejelekan pria, kebuayaannya dan kesalahannya, di media sosial, yang itu akan mengundang tanda tanya besar para pembaca dan persangkaan bahwa suaminya tidak beres, maka ini juga termasuk keburukan.
Sejelek-jelek aib suami atau istri, maka yang hanya berhak mengetahui hanyalah masing pasangan, bukan umat. Menasehati tidak dengan cara tag pasangan. Jangan kesalahan pasanganmu jadi tontonan umat. Boleh jadi ia tidak ridha dinasehati dengan cara seperti itu apalagi pria, yang punya izzah dan kewibawaan. Pikirkan juga bahwa suatu hari boleh jadi aibmu pun akan Allah tampakkan ke umat.

Baik suami maupun istri (terutama istri karena lebih banyak kasusnya), tidak pula layak curhat akan kesalahan pasangannya via status wa. Ingat: suamimu atau istrimu bukan konsumsi publik. Ia milikmu. Kebaikannya untuk kau syukuri. Kekurangannya untuk kau sabari dan perbaiki. Bukan konsumsi publik. Kebaikannya bukan untuk dipamerkan sebagaimana orang-orang norak. Kekurangannya bukan untuk disiarkan sebagaimana orang-orang kufur nikmat.

Setan punya banyak cara agar rumah tangga hancur. Mungkin saja awalnya kesalahan pasangan itu kecil, namun diperbesar dengan dijadikannya ia sebagai konsumsi publik. Sehingga jadi bahan bincangan rekan dan tetangga. Menjadi bola panas dan asumsi-asumsi dusta tanpa disadari. Sekali kau bocorkan aib pasanganmu, ada ribuan mulut siap ghibah dan membincangkan kau dan pasanganmu. Sudah terjadi? Sudah.

Ustadz Hasan Al Jaizy

Istri Penghuni Surga

Seorang isteri calon penghuni surga itu adalah isteri yang penuh dengan kasih sayang, yang banyak anaknya dan jika suaminya marah, segera mendatangi suaminya meminta maaf dan meminta keridhaannya.

Ada sebagian isteri yang memiliki sifat yang sangat tercela, cepat marah, suka membantah, membentak, membangkang dan zalim kepada suaminya. Begitu pula kepada anak-anaknya, seakan-akan tidak ada sifat belas kasihnya dan rasa sayangnya. Kalau dia marah dengan suaminya, bukannya dia yang datang meminta maaf kepada suaminya, padahal dia yang salah, tetapi suaminya yang mesti datang menghiba-hiba meminta maaf, supaya dunia menjadi tenang lagi dan terjadi perdamaian.

Disamping itu pula, tidak mau banyak anak, tidak mau repot dan disibukkan dengan mengurus anak, bahkan tidak mau punya anak sama sekali. Betul-betul bertentangan sekali dengan sifat isteri ahlul surga yang Nabi shallallahu alaihi wa sallam kabarkan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ الْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ الْعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا، الَّتِى إِذَا غَضِبَ جَاءَتْ حَتَّى تَضَعَ يَدَهَا فِي يَدِ زَوْجِهَا، وَتَقُوْلُ: لاَ أَذُوقُ غَضْمًا حَتَّى تَرْضَى

“Maukah aku beri tahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata, “Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah, asy- Syaikh Albani rahimahullah, no. 287).

AFM

Asal Mulai Kedurhakaan Seorang Istri

Catat baik-baik…
Kapan kamu ingat terakhir kali suamimu takut menegur kesalahanmu atau bingung dengan cara bagaimana ia harus menasihatimu, itu adalah awal mula kamu menjadi istri durhaka.

Karena suami adalah imam sekaligus pendidik bagi keluarganya, ia akan dimintai pertanggungjawaban tentangmu dan tentang anak²nya di akhirat nanti.

(Faishal Abu Ibrahim)

Bahagia dan Sengsara itu

Kata Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Yang termasuk kebahagiaan itu: istri yang apabila kau memandangnya, kau merasa takjub terhadapnya, dan ketika kau tak ada di rumah, kau merasa tenang dan nyaman karena kau merasa bahwa istrimu bisa menjaga dirinya dan juga menjaga hartamu …

Yang termasuk kesengsaraan itu: istri yang ketika kau memandangnya, kau merasa tak genah sementara lisannya pun buruk terhadapmu. Ketika kau tak ada di rumah, kau merasa tak tenang atasnya – karena kau merasa – dia tak menjaga dirinya dan tidak pula menjaga hartamu …

Translate oleh Hendra Wibawa Wangsa Wiguna

Satu Istri Shalihah Lebih Baik Daripada

Satu orang istri shâlihah bermanhaj salaf lagi faqîr lebih baik dari seribu istri yang kaya bertabarruj lagi berpakaian tapi telanjang

Allâhumma inniy asaluka zawjatan shâlihah (wahai Allâh sesungguhnya Aku meminta kepadamu istri yang shâlihah)

IG Penerjemah: @mencari_jalan_hidayah

Istri yang Menyembunyikan Suaminya

Ini kisah nyata yang kualami sendiri, aku adalah seorang jomblowati yang berteman ke sana-sini. Dan aku berteman dengan seorang ummahat, sudah hampir 3 tahun kenal, sering bertemu di majelis ilmu, pernah juga satu profesi, dan kadang kami kumpul-kumpul bersama akhwat lainnya.

Bagiku, ia sosok yang mengagumkan dalam seni menyembunyikan kehidupan rumah tangganya. Umur rumah tangganya melebihi umur pertemanan kami. Namun, tak pernah sekalipun ia menggambarkan sosok suaminya, tak pernah ia bercerita panjang lebar tentang keluarga kecilnya. Baik itu keromantisan ataupula sebuah pertengkaran, tak kudapati ia sebuti.

Jangankan untuk menge-tag akun suaminya di sosial media, menyebutkan nama suaminya di depan kami(para teman akhwatnya) saja tidak pernah ia lakukan.

Betapa ia begitu menjaga, apa yang memang seharusnya dijaga. Begitu besar rasa cemburunya, hingga tak ada celah yang ia tampakkan dari kehidupan rumah tangganya. Mungkin hanya orang-orang terdekat yang tahu kehidupan keluarganya. Bukan teman pada umumnya, bukan pula dibeberkan di sosial media yang siapa saja bisa mengetahuinya.

Untukmu, wahai ummahat yang begitu menjaga kehidupan rumah tangga, aku benar-benar banyak belajar darimu. Seni menjaga yang sangat besar manfaatnya, apalagi buat para jomblo yang sering menghalu tentang indahnya kehidupan berumah tangga, disebabkan bersilewernya pasangan-pasangan yang memamerkan keromantisannya di sosial media.

Darimu, aku mengerti hakikat cemburu yang sesungguhnya. Bahwa suamimu adalah milikmu, cukup kau yang tahu, cukup menjadi privasimu.

Semoga Allah menjagamu, keluargamu, dan keturunanmu.
Aku kagum dengan caramu menjaga kehidupan berumah tangga.

Jejak Pena | @tintadya
telegram | t.me/tintadya15

********************

Wahai kalian para suami, hendaklah kalian berlaku serupa. Apalagi kalian terancam dengan predikat lelaki dayyuts yang dengan itu diharamkan atasnya Surga.

Untuk Para Suami

Berkata Al-Hafidzh ‘Amru bin Qois Al-Malaai rahimahullah.

“Sesungguhnya seorang wanita benar² akan memusuhi suaminya pada Hari Kiamat disisi Rabb-nya kemudian dia mengatakan (sembari mengadukan perihal suaminya kepada Rabb-nya);

“Dahulu dia tidak mengajariku adab, dan tidak mengajariku apapun(dari perkara agama), dahulu dia hanya datang membawakanku roti dari pasar (yakni dia hanya sibuk memenuhi kebutuhan duniawinya semata).”

[Tafsir As-Sam’aany, cetakan Daarul Wathan (5/475)]

*****

Sudahkah kita para suami mengajarkan tauhid, adab, tazkiyatun nafs dan fiqh – semampu kita sembari terus belajar?

Wanita, Casingnya dan Sosok Istri yang Dibutuhkan Saat Suami Terpuruk

[Bismillah]

Ketika suami tengah terpuruk dalam ujian yang berat, ekonomi sulit, masalah datang silih berganti; saat itulah dia akan menyadari seperti apa gambaran sosok istri yang dibutuhkannya.

Tidaklah terlalu penting istri cantik jelita yang pandai berdandan dan bersolek. Tidaklah terlalu berguna pendidikan tinggi dengan sederet gelar yang mentereng. Bahkan, meskipun seorang hafizhah faqihah lulusan lembaga pendidikan Islam ternama; semuanya itu seakan tiada arti bila tidak diimbangi dengan akhlaq yang baik.

Akhlaq, yang dengannya seorang istri selalu setia membersamai suaminya; dalam suka duka, ada dan tiada. Akhlaq, yang menjadikan seorang wanita berkarakter sabar dan syukur menjalani deru debu rumahtangga bersama imamnya. Akhlaq, yang bisa menguatkan wanita untuk terus mendukung suaminya menjalani peran sebagai pemimpin, meski dirinya sendiri tengah tertatih perih berkalang lara. Akhlaq teguh, yang dibangun di atas asas qona’ah dan taat pada suami di jalan Allah.

Dalam memilih pasangan, jangan silau dengan hal-hal yang bersifat casing.

“Dia itu dokter muda loh…”

“Dia bidan lulusan terbaik.”

“Dia wanita yang hebat. Sudah lulus S3.”

“Dia itu hafizhah loh, baru lulus dari pesantren ternama.”

“Dia putrinya Ustadz Fulan loh…”

Rupa ragam casing yang seperti itu tidak menjamin kebahagiaan dan keharmonisan rumahtangga. Bukan berarti mutlak tidak penting, tapi tidak menjamin. Betapa banyak rumahtangga yang karam, padahal dibangun oleh sosok-sosok yang punya casing menyilaukan.

Banyak kalangan ikhwan yang jika mendengar ada akhwat dengan “casing” background yang WOW , terutama terkait pendidikan formal duniawi, seketika menggebu-gebu ingin bisa mempersuntingnya tanpa berusaha lebih jauh mengenali bagaimana aspek akhlaqnya. Ujungnya, ketika bahtera rumahtangga mulai berlayar, pukulan demi pukulan ombak menghantam dan membuatnya tenggelam.

Semoga Allah karuniakan kepada kita pasangan dengan visi misi surgawi yang sama. Saling menjaga, saling ridho, saling menguatkan di atas kebaikan, hingga ke jannah, biidznillah.

Shobahul khoir. 🤝

Ustadz Ammi Ahmad

Ketaatan kepada Suami Lebih Tinggi Kedudukannya Daripada kepada Orang Tua

Kedudukan suami lebih tinggi daripada ustadz, ibu. Kedudukan suami lebih tinggi daripada guru. Kedudukan suami lebih tinggi daripada kyai. Kedudukan suami lebih tinggi daripada kedua orang tua.

Maka ketaatan kepada suami lebih tinggi daripada ketaatan kepada orang tua. Di sini saya sampaikan. Ini ijma ulama.

Setelah seorang wanita menikah maka dia harus taat kepada suaminya lebih dari kepada kedua orang tuanya. Kenapa bisa demikian ustadz ??

Bukankah yang melahirkan orang tuanya. Yang merawat ia sejak kecil orang tuanya. Sudah puluhan tahun dia rawat sang putri.
20 tahun kemudian dinikahi sama orang lain ketaatannya kemudian berubah harus kepada suaminya.

Memang demikian. Demikian. Tetapi syariat punya pandangan yang lebih daripada itu.

Ustadz Firanda Andirja Hafidzhahullah.
—selesai—

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,

وليس على المرأة بعد حق الله ورسوله أوجب من حق الزوج

“Tidak ada hak yang lebih wajib untuk ditunaikan seorang wanita – setelah hak Allah dan Rasul-Nya- daripada hak suami” (Majmu’ Al Fatawa, 32: 260)

Create a free website or blog at WordPress.com.

Up ↑